Kenang Peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang Lewat Teatrikal dan Tembakan Meriam
17 Oktober 2022 • 12:00 • Dilihat 91398x • Admin • Berita
Kawasan Tugu Muda Semarang diguyur gerimis dan mendadak gelap gulita. Kemudian suara dentuman meriam keras terdengar beberapa kali diiringi rentetan suara senjata.
Terdengar suara wanita-wanita berteriak dan anak-anak menangis karena kaget dengan suara-suara itu. Suasana kelam itu dibawakan untuk mengenang Pertempuran Lima Hari di Semarang.
Acara peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang itu dipentaskan di area Tugu Muda, Jumat (14/10/2022) sekitar pukul 20.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Masyarakat cukup antusias menyaksikan rangkaian acara.
Terlihat banyak juga orang tua yang sengaja mengajak anak-anaknya untuk menyaksikan fragmen peristiwa bersejarah itu. Pertempuran Lima Hari Semarang ini untuk mengenang perjuangan 2.000 warga Semarang tewas usai melawan pemberontakan Jepang pasca-kemerdekaan RI diproklamirkan.
Aksi teatrikal yang dibawakan pemuda Kota Semarang menggambarkan permulaan perang dimulai. Narator menyampaikan peristiwa yang menjadi salah satu pemicu perang yaitu kabar yang menyebar soal resevoir atau cadangan air minum di daerah Candi diracun pada 14 Oktober 1945.
Saat itu dr. Kariadi berangkat untuk mengecek kabar tersebut, namun ia ditembak tentara Jepang. Kabar kematian dr. Kariadi makin membakar semangat juang para pemuda Semarang yang kala itu sudah memanas karena Kidobutai memberontak ingin menyelamatkan kawanannya di Semarang.
Tercatat peristiwa Pertempuran Lima Hari di Semarang terjadi 15 Oktober hingga 19 Oktober 1945. Peristiwa ini merupakan momen di mana pejuang Indonesia bertempur melawan pasukan Kidobutai dan batalyon Jepang lain.
Dalam aksi teatrikal, diperlihatkan para warga dan pemuda melakukan perlawanan dan berhadapan langsung dengan tentara Jepang dengan berbekal alat seadanya. Mereka juga meminta bantuan Gubernur Wongsonegoro.
Catatan soal pertempuran ini dimuat dalam berbagai buku salah satunya 'Kota Semarang Dalam Kenangan' karya sejarawan Semarang, Jongkie Tio. Dalam buku-buku sejarah juga dituliskan Gubernur Wongsonegoro sempat ditahan di penjara Bulu.
Sejumlah bangunan di Kota Semarang menjadi saksi bisu brutalnya pertempuran yang menyebabkan mayat-mayat bergelimpangan, bahkan ada yang dikumpulkan di sungai. Beberapa bangunan itu adalah Lawang Sewu, gedung BPM (sekarang kantor Pertamina), kantor Jawatan Kereta Api, Hotel De Pavillon hingga gedung kesenian Sobokarti.
Dalam buku 'Seranai, Bangunan dan Kawasan Pusaka Budaya Kota Semarang 2016' keluaran Pemkot Semarang, disebutkan gencatan senjata dilakukan setelah perundingan digelar di Hotel De Pavillon (sekarang Dibya Puri).
"Pada masa perjuangan hotel ini juga memiliki peranan. Pertempuran Lima Hari di Semarang tahun 1945 digunakan untuk markas pemuda pejuang. Sempat terjadi baku tembak di sekitar hotel, dan beberapa peluru menembus jendela hotel yang sampai saat ini masih bisa dilihat bekasnya. Tanggal 21 Oktober 1945 diadakan perundingan di hotel ini untuk mengakhiri perang setelah dilakukan gencatan senjata," tulis keterangan di buku tersebut, Sabtu (15/10/2022).
Dalam peringatan Pertempuran Lima Hari malam kemarin, Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin) menjadi pembina upacara. Dia berpesan agar generasi muda tidak melupakan sejarah perjuangan di tanah air termasuk Kota Semarang.
"Di seputaran Tugu Muda yang elok kita dapat berdiri dalam kemeriahan mengingatkan kita pada para pejuang. Tentu kita berdiri di sini untuk berkhitmat," kata Gus Yasin kemarin.
"Dr Kariadi dan kawan-kawan berikan pelajaran tentang pengambilan pengorbanan dan ke-Indonesiaan. Dari kami, generasi muda bangsa, mempersembahkan sujud syukur. Kita gelorakan semangat perjuangan pantang menyerah demi Indonesia jaya," ujarnya.
Acara peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang lalu ditutup dengan kembang api dan nyanyian dari jebolan AFI, Yuda Leo Betty yang merupakan penyanyi kelahiran Semarang.